SUMBER BENIH DAN REKOMENDASI KLON KARET
Salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan produktivitas tanaman karet adalah bahan tanam (bibit). Oleh karena itu, maka dalam menyiapkan bibit karet diperlukan perhatian yang khusus dan teknis budidaya yang tepat, baik dalam penyediaan batang bawah maupun pengelolaan batang atas pada kebun entres.
Sumber Benih. Bahan tanam yang direkomendasikan adalah bibit klonal, yang merupakan bahan tanam yang dikembangkan dengan cara okulasi (grafting) antara batang bawah (root stock) dan batang atas (scion) yang unggul. Klon karet di Indonesia dihasilkan oleh lembaga riset baik pemerintah maupun lembaga riset swasta.
Biji yang akan dipergunakan untuk batang bawah berasal dari kebun karet klonal penghasil biji yang mempunyi hasil tinggi. Di Indonesia kebun biji umumnya tersebar pada areal perkebunan besar dan atau proyek pengembangan karet. Syarat kebun sumber biji untuk batang bawah yaitu: terdiri dari klon monoklonal anjuran untuk sumber benih, kemurnian klon minimal 95%, umur tanaman 10-25 tahun, pertumbuhan normal dan sehat, penyadapan sesuai norma, luas blok minimal 15 ha, dan topografi relatif datar.
Rekomendasi Klon 2010-2014
Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan produksi karet alam Indonesia sebesar 4 juta ton pada tahun 2025. Sasaran tersebut hanya dapat dicapai apabila minimal 85 persen areal perkebunan karet rakyat telah menggunakan klon-klon karet unggul. Pemuliaan karet di Indonesia telah banyak menghasilkan klon-klon karet baru yang unggul sebagai penghasil lateks dan kayu. Potensi ini harus dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh pelaku agribisnis karet dalam rangka meningkatkan produktivitas kebun dan efisiensi usaha. Paradigma berkebun karet untuk menghasilkan lateks dan kayu harus dikembangkan dengan dukungan teknologi yang tepat untuk mewujudkan industri perkebunan karet yang sehat dan berdaya saing tinggi. Tindakan agronomi mulai dari pemilihan bahan tanam, teknik penanaman, pemeliharaan, dan system eksploitas harus mengacu kepada upaya optimasi hasil lateks dan kayu.
Klon Anjuran Komersial:
Klon penghasil lateks: IRR 104, IRR 112, IRR 118, IRR 220, BPM 24, PB 260, PB 3 dan PB 340 Klon Penghasil Lateks-Kayu: RRIC 100, IRR 5, IRR 39, IRR 42, IRR 107, dan IRR 119. Benih anjuran untuk batang bawah: AVROS 2037, GT 1, BPM 24, PB 260, RRIC 100, dan PB 330.
Tanaman sumber biji untuk batang bawah harus memenuhi syarat sebagai berikut: Blok tanaman monoklonal yang luasnya minimal 20 ha setiap blok, umur tanaman antara 10 s.d 25 tahun, dengan kerapatan tanaman ≥ 300p/h, areal tanaman terpelihara dengan baik dengan topografi datar sampai bergelombang, biji yang dapat dimanfaatkan berasal dari perkebunan besar atau proyek-proyek peremajaan karet dengan hamparan yang cukup luas. Klon-klon anjuran lainnya yang sudah dilepas seperti BPM 1, BPM 107, BPM 109, AVROS 2037, GT 1, PR 255, PR 300, PR 303, RRIM 600, dan RRIM 712 masih dapat digunakan, dengan beberapa pertimbangan, antara lain dengan memperhatikan kepentingan pengguna untuk penanaman klon tersebut pada wilayah tertentu dan spesifikasi produk.
Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan produksi karet alam Indonesia sebesar 4 juta ton pada tahun 2025. Sasaran tersebut hanya dapat dicapai apabila minimal 85 persen areal perkebunan karet rakyat telah menggunakan klon-klon karet unggul. Pemuliaan karet di Indonesia telah banyak menghasilkan klon-klon karet baru yang unggul sebagai penghasil lateks dan kayu. Potensi ini harus dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh pelaku agribisnis karet dalam rangka meningkatkan produktivitas kebun dan efisiensi usaha. Paradigma berkebun karet untuk menghasilkan lateks dan kayu harus dikembangkan dengan dukungan teknologi yang tepat untuk mewujudkan industri perkebunan karet yang sehat dan berdaya saing tinggi. Tindakan agronomi mulai dari pemilihan bahan tanam, teknik penanaman, pemeliharaan, dan system eksploitas harus mengacu kepada upaya optimasi hasil lateks dan kayu.
Klon Anjuran Komersial:
Klon penghasil lateks: IRR 104, IRR 112, IRR 118, IRR 220, BPM 24, PB 260, PB 3 dan PB 340 Klon Penghasil Lateks-Kayu: RRIC 100, IRR 5, IRR 39, IRR 42, IRR 107, dan IRR 119. Benih anjuran untuk batang bawah: AVROS 2037, GT 1, BPM 24, PB 260, RRIC 100, dan PB 330.
Tanaman sumber biji untuk batang bawah harus memenuhi syarat sebagai berikut: Blok tanaman monoklonal yang luasnya minimal 20 ha setiap blok, umur tanaman antara 10 s.d 25 tahun, dengan kerapatan tanaman ≥ 300p/h, areal tanaman terpelihara dengan baik dengan topografi datar sampai bergelombang, biji yang dapat dimanfaatkan berasal dari perkebunan besar atau proyek-proyek peremajaan karet dengan hamparan yang cukup luas. Klon-klon anjuran lainnya yang sudah dilepas seperti BPM 1, BPM 107, BPM 109, AVROS 2037, GT 1, PR 255, PR 300, PR 303, RRIM 600, dan RRIM 712 masih dapat digunakan, dengan beberapa pertimbangan, antara lain dengan memperhatikan kepentingan pengguna untuk penanaman klon tersebut pada wilayah tertentu dan spesifikasi produk.
Penulis: Lazarus Kanisius Ladja
Sumber: 1. Pedoman Teknis Budidaya Karet
Direktorat Jenderal Perkebunan 2006
Departemen Pertanian,
2. Rekomendasi klon karet Periode 2010-2014, Muji Lasminingsih, Balai Penelitian Sembawa-Pusat Penelitian Karet.2010
Sumber: 1. Pedoman Teknis Budidaya Karet
Direktorat Jenderal Perkebunan 2006
Departemen Pertanian,
2. Rekomendasi klon karet Periode 2010-2014, Muji Lasminingsih, Balai Penelitian Sembawa-Pusat Penelitian Karet.2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar